Oleh AHDA
IMRAN
MENETAPKAN
hari lahir seseorang sebagai penanda penting
bagi ingatan kolektif, tentu lumrah saja. Kelahiran orang suci, nabi, wali,
pahlawan atau yang sosok dikeramatkan kerap menjadi hari dan peristiwa penting
yang jadi tradisi perayaan hingga ritual. Biografi seseorang di situ diubah
menjadi biografi ingatan di ranah publik. Inilah yang hendak ditating oleh
Taufiq Ismail dan sejumlah sastrawan yang lalu menggagas perlunya ada sebuah
hari untuk memperingati sastra Indonesia. Mereka, dan sejumlah sastrawan
lainnya, berkumpul di Bukittinggi Sumatera Barat, Minggu (24/3), dan lahirlah
Maklumat Hari Sastra Indonesia yang ditetapkan setiap tanggal 3 Juli. Penetapan
ini mendasar pada hari kelahiran sastrawan penulis novel terkenal “Salah
Asuhan” (1928) Abdoel Moeis di
Bukittinggi 3 Juli 1883.