Senin, 10 Februari 2014

Sandiwara Tan Malaka



SEJAK  ia ditangkap di Bandung dan diusir oleh pemerintah kolonial tahun 1922, mengembara berpuluh-puluh tahun ke berbagai negeri di Eropa dan Asia, serta kembali ke Indonesia pada tahun 1942, Tan Malaka hidup sebagai seorang pelarian politik. Ia tak sekadar dikejar dan diburu oleh intelijen Inggris, Belanda, dan Amerika Serikat, tetapi juga dimusuhi oleh Komunis International (Komintern). Dan selama dalam pengembaraannya itu Tan Malaka hidup dengan banyak nama. Ketika berada di Filipina ia mengaku bernama Ellias Fuentes, Estahislau Rivera, Alisio Rivera. Ong Song Lee atau Tang Ming Sion, Chen Kuan Tat,  sewaktu ia berada di China dan Birma. Ketika berada di Singapura ia mengaku bernama Hasan Gozali, dan Ilyas Husein sewaktu ia datang ke Indonesia.

Senin, 03 Februari 2014

33 Tokoh Sastra dan Akal Sehat




Oleh Ahda Imran

JANUARI 2013  penerbit PT JurnalSajak Indonesia menerbitkan buku bertajuk “Puisi Esai Kemungkinan Baru Puisi Indonesia” (PEKBPI).  Dieditori oleh penyair Acep Zamzam Noor, buku ini sepenuhnya menyoal ihwal puisi esai. Ragam puisi baru yang digagas oleh D. Jauhar Ali, konsultan politik termashur di Lingkar Survey Indonesia (LSI), yang pada 2012 menerbitkan kumpulan puisi esai “Atas Nama Cinta” (ANC).  Seraya memuat ulasan perihal kumpulan ANC, PEKBPI  memuat pula segala ihwal yang bersangkut soal dengan puisi esai..

Dalam sejarah sastra Indonesia, belum pernah ada sebuah buku diterbitkan demi menyambut kumpulan puisi seorang penyair seperti ANC. Tidak tanggung-tanggung, para penulis yang mengulas kumpulan itu pun adalah sejumlah tokoh berpengaruh, Sutardji Calzoem Bachri, Sapardi Djoko Damono, Ignas Kleiden, Leon Agusta, Agus R.Sardjono, Jamal D.Rahman. Pada intinya, PEKBPI menyambut kehadiran kumpulan D. Jauhar Ali tersebut sebagai pemberi kesegaran bagi perpuisian Indonesia.

Januari 2014 terbitlah buku “33 Tokoh Sastra Indonesia Paling Berpengaruh” (33 TSIPB).