Rabu, 16 Oktober 2013

Menonton Tubuh Perempuan yang Bersalah




---AHDA IMRAN

KARENA bentuk payudaranya yang elok, Florita diperkosa oleh ayah tirinya. Hamil lalu mati bunuh diri.  Ervina, adiknya, luput dari kemalangan semacam itu karena ia payudaranya rata. Namun, karena takut Ervina melarikan diri  dan menikah. Dan di malam pengantin barulah ia tahu bahwa jenis kelaminnya bukanlah perempuan. Bagian tubuhnya yang ia sangka sebagai vagina ternyata penis. Nalar cerita tentu segera saja mengangsurkan gugatan, sangat mustahil seseorang tidak mengenal dan mengetahui jenis kelamin yang melekat di tubuhnya sampai ia menjadi dewasa. 

Maaf, bukan itu yang sedang diperkarakan. Metafora kisahan itu sedang memperkarakan situasi tubuh perempuan di tengah hasrat kuasa masyarakat lelaki. Situasi yang menaruh tubuh perempuan senantiasa menjadi tubuh yang bersalah, sebagaimana terjadi pada payudara Florita. Karena itulah perempuan kerap dipaksa harus keluar dari tubuhnya agar ia bukan lagi tubuh yang bersalah, tubuh yang dikoloni. Pula demikian bila ingin melakukan perlawanan, tak ada jalan lain bagi perempuan kecuali memiliki dan menjadi tubuh lelaki.

Selasa, 01 Oktober 2013

Selamat Jalan, Mas Tandi, Maafkan Kami....


Ahda Imran---Penyair dan Esais

“Saya ingin menulis sesuatu untuk mengingatkan sesuatu”


BEGITU dialog tokoh penulis cerpen bernama Tandi dalam cerpennya “Paitua Pejabat Jawa-kah?”, yang termuat di kumpulan “Sperma Airmata” (SkyiArt:2012). Seperti yang mudah dijumpai di banyak tulisannya, terutama cerpen dan novel,  ia selalu memberi identitias tokoh utamanya sebagai dirinya, Tandi Skober. Siasat bercerita ini menarik bukan semata demi menipiskan  jarak realitas fiksi dan fakta, namun melalui tokohnya itu Tandi Skober leluasa menghadirkan berbagai pandangannya. Termasuk apa makna menulis baginya sehingga kerja menulis terasa diimaninya sebagai suatu kewajiban hidup; ...untuk mengingatkan sesuatu.

Karena itu Tandi Skober terus menulis, bahkan di hari-hari terakhir hidupnya. Penulis produktif, bersahaja, dan amat akrab dengan para seniman dan penulis muda ini, wafat di RS. Al-Islam Bandung 29 September pkl.19.30 WIB., karena serangan jantung. Bila merujuk pada biodata yang tertera dalam novelnya “Pelacur, Politik, dan he he he”,  Tandi Skober wafat di penghujung bulan kelahirannya, sepekan setelah tanggal kelahirannya, 22 September.