---AHDA
IMRAN
KARENA
bentuk payudaranya yang elok, Florita diperkosa oleh ayah tirinya. Hamil lalu
mati bunuh diri. Ervina, adiknya, luput
dari kemalangan semacam itu karena ia payudaranya rata. Namun, karena takut Ervina
melarikan diri dan menikah. Dan di malam
pengantin barulah ia tahu bahwa jenis kelaminnya bukanlah perempuan. Bagian
tubuhnya yang ia sangka sebagai vagina ternyata penis. Nalar cerita tentu
segera saja mengangsurkan gugatan, sangat mustahil seseorang tidak mengenal dan
mengetahui jenis kelamin yang melekat di tubuhnya sampai ia menjadi
dewasa.
Maaf, bukan itu yang sedang diperkarakan. Metafora
kisahan itu sedang memperkarakan situasi tubuh perempuan di tengah hasrat kuasa
masyarakat lelaki. Situasi yang menaruh tubuh perempuan senantiasa menjadi
tubuh yang bersalah, sebagaimana terjadi pada payudara Florita. Karena itulah perempuan
kerap dipaksa harus keluar dari tubuhnya agar ia bukan lagi tubuh yang bersalah,
tubuh yang dikoloni. Pula demikian bila ingin melakukan perlawanan, tak ada
jalan lain bagi perempuan kecuali memiliki dan menjadi tubuh lelaki.