Rabu, 31 Juli 2013

Tubuh Puasa, Tubuh Belanja



---Ahda Imran, penyair dan esais

SANGAT sulit memisahkan hubungan agama dan ekonomi, untuk tidak menyebutnya niscaya. Nyaris tak ada aktivitas keagamaan yang tidak menimbulkan aktivitas produksi, distribusi, konsumsi, atau memengaruhi grafik permintaan-penawaran. Tentu tidaklah sulit menemukan contohnya. Naiknya grafik permintaan-penawaran kambing atau sapi menjelang Hari Raya Idul Adha, atau kenaikan harga tiket berbagai angkutan seiring tingginya angka permintaan menjelang lebaran.  Yang sakral di situ memberi berkah bagi yang profan.

Dalam hubungan semacam itu,  ritus agama hadir sebagai fenomena yang berkuasa atas tubuh penganutnya. Tubuh ritus yang hadir secara independen dan otonom. Tubuh yang identifikasinya bisa dibaca dari Mircea Eliade (1949), yakni, fenomena yang  tidak bisa diartikan sebagai produk realitas yang lain. Singkatnya, tubuh ritus ialah tubuh yang tak berkorespondensi dengan realitas lain kecuali dengan realitas yang sakral, dengan yang transenden. Sedangkan yang profan lebih hadir kemudian, dan tak memiliki kesanggupan untuk memengaruhi tubuh ritus.

Selasa, 16 Juli 2013

Rumah Topeng dan Wayang Setia Dharma


Jejak dan Bayang Manusia


Oleh AHDA IMRAN

TOPENG  itu terbuat dari kayu. Berasal dari Suku Dogon di Mali, Afrika. Bentuk hidung dan sepasang lubang matanya tampak besar. Dibanding ragam dan watak topeng Afrika umumnya, tak ada yang aneh dengan topeng itu. Yang tak lazim ialah topeng itu memiliki bagian kayu yang mencuat ke atas, sekira setengah meter, dengan dua persilangan geometris mirip antene, sehingga tampak futuristik. Bentuk topeng yang tak lazim itu bertaut erat dengan tradisi lisan Suku Dogon yang meyakini, bahwa mereka adalah keturunan mahluk luar angkasa.  Tak jelas sudah berapa tahun usia topeng itu. Dari tekstur dan warna kayunya, topeng itu tampak sudah sangat tua, disimpan di balik lemari kaca.

Kamis, 11 Juli 2013

Ridwan Kamil dan Utopia Sebuah Kota



Ahda Imran, penyair dan esais

SETAHUN setelah harian ini menganugerahinya “Pikiran Rakyat Award 2012” untuk kategori “Tokoh Muda Kreatif”,  Ridwan Kamil memenangi Pilwalkot Kota Bandung 2013.  Usianya 42 tahun. Mungkin ia walikota termuda dalam sejarah Kota Bandung.  Inilah kali pertama Bandung dipimpin oleh seseorang di luar apa yang telah menjadi “tradisi” sejak masa Orde Baru, yakni, pensiunan tentara atau birokrat. Bahkan, kecuali diusung oleh partai politik yang mencalonkannya, pula ia bukanlah seseorang yang selama ini diidentifikasi sebagai politikus, aktivis partai, atau anggota sebuah ormas yang ditautkan dengan partai politik tertentu.  

Ia selama ini lebih dikenal sebagai arsitek dengan sejumlah gagasan serta proyek arsitektur ruang perkotaan di tengah perkembangan masyarakat urban. Ringkasnya, ia berasal dari luar lingkaran kekuasaan dan pemerintahan. Tak memiliki referensi pengalaman apa pun perihal jaringan birokrasi kekuasaan atau pemerintahan. Ini menjadi menarik, sebab  kekuasaan niscaya bersoal dengan bagaimana kekuasaan itu dijalankan. Terlebih manakala kekuasaan itu dijalankan sonder referensi pengalaman, termasuk ihwal tata kelola pemerintahan atau watak dan etos kerja birokrasi.