Ahda Imran---Penyair dan Esais
“Saya
ingin menulis sesuatu untuk mengingatkan sesuatu”
BEGITU
dialog tokoh penulis cerpen bernama Tandi dalam cerpennya “Paitua Pejabat
Jawa-kah?”, yang termuat di kumpulan “Sperma Airmata” (SkyiArt:2012). Seperti
yang mudah dijumpai di banyak tulisannya, terutama cerpen dan novel, ia selalu memberi identitias tokoh utamanya
sebagai dirinya, Tandi Skober. Siasat bercerita ini menarik bukan semata demi
menipiskan jarak realitas fiksi dan
fakta, namun melalui tokohnya itu Tandi Skober leluasa menghadirkan berbagai
pandangannya. Termasuk apa makna menulis baginya sehingga kerja menulis terasa diimaninya
sebagai suatu kewajiban hidup; ...untuk
mengingatkan sesuatu.
Karena itu Tandi Skober terus menulis, bahkan di
hari-hari terakhir hidupnya. Penulis produktif, bersahaja, dan amat akrab
dengan para seniman dan penulis muda ini, wafat di RS. Al-Islam Bandung 29
September pkl.19.30 WIB., karena serangan jantung. Bila merujuk pada biodata
yang tertera dalam novelnya “Pelacur, Politik, dan he he he”, Tandi Skober wafat di penghujung bulan
kelahirannya, sepekan setelah tanggal kelahirannya, 22 September.
Bagi para penulis, sastrawan, dan redaktur di
sejumlah media di Bandung, sosok Tandi Skober begitu mudah dikenal. Postur
tubuhnya yang tinggi, gemuk, selalu memakai penutup kepala, terompah, dan
pakaian yang bersahaja. Atau ini; suaranya yang berat dan pembawaannya yang
hangat dengan setiap orang. Tak terkecuali di tengah anak-anak muda, ia selalu
mudah berbaur dan tak berjarak. Berbincang ramai dan serius ihwal sejarah,
politik, filsafat, agama, Tuhan, sampai persoalan tulis-menulis.
Atau selorohnya yang khas perihal strategi mengirim
tulisan ke media agar dimuat. Bagaimana membuat pengantar ke redaktur, hingga
trik nyelenehnya, seperti, waktu paling baik mengirim tulisan yang mesti disesuaikan
dengan jam kedatangan redaktur di kantor. “Jadi, waktu redaktur itu buka email, tulisan
kita itu ada di paling atas. Nah, pasti itu dulu yang dia buka!” katanya, dan itu
selalu membuat gerr.
Keakraban semacam itu dilakukannya tanpa khawatir
wibawanya sebagai orang tua akan rusak di mata para penulis muda, malah
terkesan ia tak pernah memikirkannya. Sebaliknya, di mata para penulis muda yang
akrab menyapanya “Pak Tandi”, ia adalah kerinduan pada sosok orang tua sekaligus
teman yang bijak. Sosok yang tidak sok
jaim, gila hormat, selalu membanggakan masa lalunya, atau yang ingin para
penulis muda itu melulu mengidolakannya. Karena itulah, Pak Tandi selalu
bertempat istimewa di mata para penulis muda. Teman yang baik, guru, dan sosok
seorang ayah.
Produktivitas,
Indramayu
Tak hanya dibanding para penulis seusianya, produktivitas
Tandi Skober menulis selalu membuat cemburu para penulis muda. Dalam setiap bulan,
selalu saja ada satu dua tulisannya, muncul di surat kabar. Baik yang terbit di
Bandung, Jakarta, atau Lampung. Tulisan yang terakhir dimuat di harian ini, “Para
Pencari Hantu”, (9/9). Terakhir, bahkan di hari kepergiannya, Tandi Skober
masih mendapati cerpennya “Jangan Biarkan Bulan Tenggelam” yang dimuat di suratkabar Lampung
Pos.
Lalu seperti biasa, siang di hari itu, ia memposting foto koran yang memuat cerpen tersebut
di akun facebooknya, tentu dibumbuhi tulisannya yang jenaka,“Arsip cerpen "Jangan Biarkan Bulan Tenggelam", karya cerpenis keren asli Indramayu
bernama Tandi Skober.”
Tandi Skober memang selalu bangga dengan Indramayu,
tanah kelahirannya. Untuk itu ia mencantumkan nama kecamatan yang menjadi
muasalnya di Kab. Indramayu di belakang namanya, juga nama anak-anak dan
cucunya, “Skober”. Kebanggaannya pada Indramayu tampak pula di banyak
tulisannya. Selain menyoroti isu-isu yang aktual, ia selalu mentautkan
perspektif dan gagasannya pada sejarah,
budaya, atau kearifan tradisi yang ada di
Indramayu. Semangat ini amat terasa novelnya yang terakhir Manuwara Ibu Budaya Jawa-Sunda.
Pula dalam banyak diskusi dan obrolan. Bagi Tandi
Skober seolah tak ada soal apa pun yang tak bertaut dengan sejarah Indramayu.
Mulai dari sejarah masuknya Islam ke Jawa, nasionalisme, sampai Doraemon.
Semuanya dituturkannya dengan ringan sambil berseloroh. Jika sudah begitu, soalnya bukan
lagi perdebatan benar atau tidaknya. Namun, lebih terasa sebagai bentuk
kecintaan Tandi Skober pada budaya lokalnya, Indramayu.
Menulis
dan Menulis
Meski ia seorang PNS hingga pensiun, Tandi Skober
seakan lahir untuk menjadi seorang penulis. Dan itu berawal di Medan semasa ia
berdinas di kota itu, ketika tulisannya yang pertama, cerpen “Rahasia Sebuah
Cermin”, dimuat di harian Sinar
Pembangunan Medan. Sejak itu gairah kepenulisan Tandi Skober terus
berkembang. Cerpen, cerbung, artikel, bahkan merambah ke skenario film yang
dimainkan di sejumlah stasiun TV; TVRI Medan dan Pusat, RCTI, dan SCTV.
Sedangkan tulisan menyebar ke berbagai media massa
di berbagai kota, seperti, Media
Indonesia, Prioritas, Pikiran Rakyat, Kartini, Nova, Republika, Cendrawasih Pos,
Suara Merdeka, Waspada Meda, Analisa, Mimbar Umum, Jayakarta, Tribun Jabar,
Sindo, Lampung, tak terkecuali
majalah remaja Story. Sejumlah
bukunya pun telah terbit; Pelacur,
Politik, dan he he he (novel), Namaku
Nairem, Sperma Airmata (kumpulan
cerpen), Cinta Bertasbih Berthoven
(kumpulan cerpen), Manuwara Ibu Budaya
Jawa-Sunda (novel), dan Ketika Cikeas
Kentut (kumpulan esai).
Seperti ditulisnya lewat ucapan seorang tokoh dalam
cerpennya di atas, semua itu ialah jejak dari keinginan Tandi Skober untuk
mengingatkan sesuatu. “Sesuatu” yang selalu terabaikan dalam ruang pemikiran khalayak.
Atau, “sesuatu” yang dulu pernah dikatakannya, “Apa pun tulisan kalian, paling
sedikit sisipkan 2,5 persen dari jumlah huruf yang tertulis berisikan ke-Tauhid-an Ilahiah.”
Selamat jalan, Mas Tandi, Maafkan kami. Kami sebentar
menyusul, masih berbenah. Al-fatihah....**
Sumber: Pikiran Rakyat, 30 September 2013
Menambahkan Novel "Seribu Sujud Seribu Masjid" yg berlatar politik, intrik,romantisme yg bernuansi islami. juga karya Tandi Skober.
BalasHapus"Jangan Copet Dompet Wak Haji"...mungkin bisa kita saksikan di SCTV tgl 6 atau 13 oktober,,,ini karya Tandi Skober juga.
Selamat jalan, Kang Tandi, Kami akan selalu mengenangmu. insya Allah kami juga akan menyusul..