Oleh Ahda Imran
PILPRES 2014 tampaknya tengah
memberi gelagat ke arah realitas demokrasi yang disesaki para pemuja. Meski
belum tentu berlaku sebaliknya, sebagaimana ghalibnya para pemuja sekaligus
adalah para pembenci. Dengan dua pasangan capres-cawapres (Joko Widodo-Yusuf
Kalla; Prabowo Subianto-Hatta Rajasa), terutama di jejaring media-sosial, para
pemuja kedua kubu riuh saling serang. Memuja kandidat pilihan seraya menaruh
kebencian yang sengit pada kandidat pesaing.
Jejaring media-sosial lalu menjadi “Kurusetra”; perjumpaan para pemuja
sekaligus pertempuran para pembenci.
Karnaval para para pemuja ini tak sebatas hanya
diikuti khalayak awam, melainkan pula para elite politik di kedua kubu
pasangan. Seperti para pemuja lainnya, orang-orang terhormat ini pun berlaku
sama. Rajin melontarkan sinisme ke arah figur kandidat pesaing, dengan agresivitas
yang sama dengan khalayak awam.