Minggu, 04 Agustus 2013

Kampung Halaman

MARILAH kita mulai dengan seorang kawan. Meski baru saja dua bulan yang lalu ia dan anak istrinya pulang kampung untuk menghadiri perkawinan seorang kerabat sekaligus mengantar liburan sekolah anaknya, tapi sudah sejak tiga hari yang lalu seorang teman saya kembali bersiap untuk kembali mudik.

Meski akhirnya tiket kereta ekonomi itu sudah di tangan, persoalan ternyata belum selesai. Bagaimana dengan oleh-oleh untuk ibu, bulik, paklik, emang, uwak, bibi, atau anak kemenakan, dan kerabat lainnya di kampung? Lalu terbayanglah barang bawaan yang angkaribung, dan jangan lupa, suasana 15 jam perjalanan yang menyebalkan itu.

Tapi seperti tahun-tahun sebelumnya, semua keadaan itu dilakoni dengan sikap seakan-akan memang sudah demikian mestinya, tanpa perlu melihatnya sebagai beban. Saya merasa kagum dan cemburu dengan kesabaran teman saya itu.